Panti Asuhan Anak Yatim dekat Cipayung Jakarta Timur mengasuh sebanyak 59 Anak Yatim dan Dhuafa di Asrama Panti Yatim dan Anak Yatim dan Dhuafa dari lingkungan sekitar dan memiliki Panti Asuhan di Jakarta dengan Nama Rumah Asuh Yatim Fadhillah Ihsan.
Panti asuhan adalah tempat untuk merawat dan mengasuh anak yatim dan piatu yang tidak memiliki orang tua. Yang membutuhkan Donasi Sembako setiap bulannya di Asrama Panti Asuhan dan membutuhkan Santunan Anak Yatim.
Panti Yatim Alpha Indonesia memiliki Panti Asuhan di Jakarta dan yang tersebar di pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Di Jakarta Timur kami menghadirkan panti asuhan yatim dan dhuafa guna menjadi penyambung kebaikan Ayah Bunda kepada Anak-Anak Yatim dan Dhuafa.
Tujuan Panti Asuhan untuk menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi Anak-anak yatim, piatu dan dhuafa.
Panti Asuhan Alpha Indonesia memberikan tidak hanya memberikan pengasuhan namun juga memberikan Pendidikan yang tinggi untuk mereka.
Jika Ayah Bunda berniat memberikan Santunan kepada Anak-Anak Yatim di Yayasan Alpha Indonesia bisa mengadakan kunjungan ke Jalan Raya Pondok Ranggon Subur Pertamina No. 27 RT/RW : 005/002 Kelurahan Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur Telp. (021) 84302038.
Rumah Asuh Yatim Fadhillah Ihsan adalah Rumah Yatim yang didirikan oleh Yayasan Alpha Indonesia yang sudah berdiri di 12 Cabang dan di 5 Provinsi di Indonesia.
Hikmah Ketulusan Sedekah karena Allah
Sedekah menjadi salah satu ibadah yang bernilai pahala besar dan tercatat dalam Al-Qur’an. Sedekah juga menjadi bagian untuk berderma kepada sesama terlebih bagi orang yang membutuhkan. Sehingga secara esensi sedekah mencakup hubungan vertikal dan horizontal karena berhubungan dengan muamalah ma’allah dan juga muamalah ma’annas.
Sehubungan dengan amalan ini, beberapa ayat Al-Qur’an mengagungkan keutamaan sedekah. Sedekah disebutkan menjadi amalan yang diganjar pahala berlipat ganda, serta menjadi salah satu cara untuk bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT.
Di antara ayat yang menjelaskan pahala sedekah adalah Al-Qur’an surat Al Hadid ayat 18, Allah SWT berfirman tentang balasan orang yang bersedekah.
اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ – ١٨
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.” (QS Al Hadid ayat 18).
Pengalaman serta keutamaan sedekah juga bisa diresapi dari pengalaman hidup Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Keponakan Nabi Muhammad SAW ini pernah suatu hari usai bersilaturahim ke rumah Rasulullah, pulanglah ia ke rumah dan bertemu Sayyidah Fatimah yang ketika itu sedang duduk memintal sementara Salman Al farisi sedang memisah-misahkan bulu domba.
Karena Sayidina Ali datang dalam keadaan lapar, bertanyalah dia kepada Sang Istri. “Hai perempuan mulia apakah engkau punya makanan untuk suamimu,” ujarnya bertanya kepada Fatimah yang dijawab bahwa saat itu di rumah tidak ada makanan apapun, dan hanya memiliki uang 6 dirham upah memintal dari Salman yang hendak dibelikan makanan untuk putra-putranya, Hasan dan Husain.
Mendengar jawaban istrinya, berniatlah Ali keluar untuk membelikan makanan Hasan dan Husain dengan uang 6 dirham yang dimiliki istrinya. Pamitlah Ali. Tiba-tiba di tengah jalan, Ali melihat seorang laki-laki sedang berdiri seraya berkata dan mencari orang yang bisa memberinya utang dan akan didoakan. Melihat orang itu ibalah Ali dan memberikan uang 6 dirham jatah membeli makan Hasan dan Husain yang dia bawa lalu kemudian Ali pulang tanpa membawa apapun.
Melihat suaminya pulang hanya dengan tangan hampa. Menangis tersedu-sedulah Fatimah, yang langsung bertanya kenapa suaminya pulang tanpa membawa makanan sedikit pun. Dan jujurlah Ali kalau uangnya diberikan kepada seseorang yang membutuhkan dan perlu utang ketika perjalanan tadi. Usai menjelaskan kepada istrinya, Ali izin untuk berkunjung ke rumah Rasulullah.
Di tengah perjalanan, bertemulah Ali dengan orang Arab dusun (A’rabi) yang tengah menuntun seekor unta untuk dijual, dan kemudian ditawarkan kepada Ali dengan harga 100 dirham.
“Wahai Ali, tolong belilah unta saya ini dengan harga 100 dirham,” ucap orang Arab dusun itu.
Sayidina Ali pun kemudian berterus terang jika dirinya tidak membawa uang sepeserpun. Mendengar hal itu, A’rabi itu menawarkan agar Ali bisa membeli untanya dengan pembayaran tempo. Disetujuilah tawaran itu, hingga akhirnya unta bisa dibawa Sayidina Ali yang hendak membawanya ke rumah. Di tengah jalan, tiba-tiba Ali bertemu seseorang yang menawar unta yang dibawanya.
Berkatalah orang itu: “Wahai Ali, berapakah ingin kau jual unta yang kau bawa,” ujarnya.
Dengan tanpa ragu, Sayidina Ali menjawab bahwa untanya akan dijual seharga 300 dirham dan tanpa banyak tawar-menawar orang itu langsung memberikan uang 300 dirham secara tunai. Bergembiralah Ali mendapat keuntungan yang berlipat, dan langsung memberikan 100 dirham kepada A’rabi pemilik unta awal, dan sisanya dibawa pulang dan disampaikan kepada Fatimah.
Kepada istrinya, Sayidina Ali pun menceritakan bagaimana kisah bisa mendapatkan uang 200 dirham. Mendengar kisahnya, Fatimah pun berbinar-binar dan berucap: “Engkau telah mendapatkan Taufiq,” atau pertolongan dari keikhlasan bersedekah 6 dirham karena Allah.
Inilah sekilas pengalaman Sayidina Ali karena ketulusan dan keikhlasannya dalam bersedekah.